Review Spesifikasi BMW E66 Seri-7 2002-2008 – Upaya BMW dalam memperkuat posisinya sebagai pembuat mobil premium memang sudah membuahkan hasil akhir-akhir ini. Terlebih ketika desainer kontroversial yang bernama Chris Bangle memundurkan diri sebagai chief desainer dan digantikan oleh Andrian Van Hoydoonk.
Di tangan kepemimpinan Bangle, banyak produk BMW yang seakan kehilangan arah dalam hal desain. Salah satunya adalah BMW E66, yang merupakan produk flagship di kasta teratas dengan desain paling buruk dalam sejarah BMW.
BMW E66 pertama kali dirilis pada 17 November 2001 di sebagian negara Eropa setelah desainnya dipatenkan pada tahun 2000. Di beberapa negara lain khususnya Indonesia baru masuk pada tahun 2002. Seri-7 yang menjadi generasi keempat dari flagship BMW ini juga hadir dengan beberapa versi dengan kode sasis yang berbeda.
Diantaranya E65 untuk sasis pendek, E67 untuk versi keamanan tinggi dan juga E68 dengan mesin berbahan bakar hidrogen. Namun untuk pasar Indonesia, hanya kebagian model E66 dengan sasis panjang. Ia hadir untuk menggantikan penjualan dari BMW E38 Seri-7 yang dulunya masih mengusung kode sasis sama antara sasis pendek dan panjang.
Di pasar lokal, BMW E66 diposisikan di atas market BMW E60 Seri-5 dan BMW E90 Seri-3. Awalnya hanya dijual melalui pilihan tipe 735Li bermesin N62B36 3.6 liter V8 dan 745Li N62B44 4.4 liter V8.
Pada tahun 2004, hadir lagi tipe 730Li sebagai pendatang baru dengan menggendong mesin M54B30 3.0 liter 6 silinder, 740Li bermesin N62B40 4.0 liter V8 dan juga tipe 760Li sebagai tipe tertinggi dengan mesin N73B60 6.0 liter V12. Kedua tipe terakhir tersebut masuk dengan jumlah yang sangat terbatas. Selanjutnya ketika memasuki pertengahan 2005, BMW memperbarui tampilan E66 agar tampak segar dengan cara melakukan major facelift/LCI (Life Cycle Impulse).
Disini, BMW kembali mengenalkan tipe baru yakni 750Li bermesin N62B48 4.8 liter V8. Tipe 730i mendapatkan jenis mesin baru dengan kode N52B30 dan artinya, mesin M54B30 hanya dijual selama 1,5 tahun saja. Sedangkan tipe-tipe lain masih menggunakan mesin yang sama. Secara umum, semua mesin yang dijadikan sebagai dapur pacu E66 sudah mengadopsi Double VANOS, jadi tidak akan dibahas mendetail di subjudul mesin di bawah.
Sebagai pemain dalam segmen full size luxury car, E66 menjadi rival utama bagi Mercedes-Benz W220 S-Class dan Lexus LS Series Gen3 (XF30). Pada tahun 2006, kedua kompetitornya tersebut hadir dengan model baru dan otomatis bersaing dengan E66 LCI. Diantaranya Mercedes-Benz W221 S-Class dan Lexus LS Series Gen4 (XF40).
Kiprah E66 akhirnya dihentikan ketika BMW F01 Seri-7 dikenalkan ke hadapan publik dengan perubahan desain menjadi lebih menarik dan jauh lebih baik di bawah kepemimpinan chief designer Andrian Van Hoydoonk.